Medan (ANO)
Persaingan dagang internasional antar
negara-negara pesaing di sektor minyak nabati seperti minyak sawit (CPO)
sangatlah ketat, hal ini ditandai dengan serangan terhadap buruknya
pengelolaan sawit lestari terhadap negara-negara produsen CPO yang
dilontarkan oleh Uni Eropa, Amerika dan Australia khususnya terhadap
produk unggulan ekspor Indonesia.
Untuk mendorong perbaikan manajemen pengelolaan kelangsungan bisnis
sawit haruslah dilakukan secara maksimal dengan menggunakan standar
manajemen internasional seperti RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil)
dan standar dalam negeri seperti ISPO.
Keduanya diharapkan akan mendorong setiap pelaku industri sawit baik
petani, pemasok, pabrik, masyarakat dan konsumen dapat memiliki
jaringan keterhubungan yang saling menguatkan perbaikan di setiap
tahapannya.
Enam utusan dari kedutaan masing-masing negara hadir pada hari Kamis,
10 Desember 2015 ke kantor direksi PTPN III kemudian melakukan
kunjungan secara langsung ke kebun sawit dan KEK Sei Mangkei untuk
melihat lebih dekat pengelolaan industri sawit yang telah ditangani PTPN
III selama ini sebagai perusahaan yang telah mendapatkan sertifikat
RSPO di beberapa unit kebun.
Adapun wakil kedubes tersebut diantaranya Anand Prakash dari India,
Erik Streed, dari USA, Laura Timmins, dari Australia, Helena Viau, dari
kedutaan Kanada, Tiziana Staffolani, dari Italia serta Li Hanqiu, dari
kedutaan China yang didampingi oleh delegasi dari Kementerian Luar
Negeri dan Kementerian Pertanian serta pihak terkait lainnya.
Alexander Maha, Direktur Perencanaan dan Pengembangan PTPN III dalam
kesempatan itu menyampaikan welcome speech, ucapan selamat datang kepada
semua tamu dengan menerangkan secara umum tentang industri bisnis sawit
yang digeluti oleh PTPN III.
Kemudian paparan tentang sistem sertifikasi perkebunan kelapa sawit
berkelanjutan Indonesia (ISPO) berdasarkan (Permentan No. 11 Tahun 2015)
disampaikan Dr. Ir. Herdrajat Natawidjaja, M.Sc, makalah dengan judul
Environmental issues on the development of palm oil plantation in
Indonesia disampaikan oleh Prof. Supiandi Sabiham dari IPB.
Demikian juga presentasi An Economic Aspect of Indonesian Sustainable
Palm Oil Industries disampaikan oleh Kacuk Sumarto dari Gapki serta Dr.
Donald Siahaan dari PPKS menerangkan secara kimiawi bahwa penggunaan
CPO tidak berdampak buruk bagi kesehatan karena telah diuji di
laboratorium dan telah pula diproduksi oleh berbagai pabrik makanan.
Kunjungan diplomatik itu diharapkan dapat memberi efek positif
terhadap isu negatif yang menerpa bisnis ekspor CPO Indonesia ke luar
negeri. Sebagai perusahaan negara, BUMN perkebunan papan atas, PTPN III
memiliki tanggung jawab moral untuk tetap menjadi pioneer industri
bisnis lebih baik. Semoga.
(Bar)